Cerpen Ibu - Karnamu
Judul : Cerpen Ibu - Karnamu
link : Cerpen Ibu - Karnamu
Cerpen Ibu - Karnamu
oleh : aulia khoirun n
Langit senja akan segera jatuh menjadi tetesan-tetesan hujan,mendinginkan kota panas terang benderang kini menjadi gelap gulita,tapi tidak seperti suasana asrama, yang ramai dan terang karna penghuninya.“nis, ayo kita jalan-jalan” tawar zahwa.”tidak ah... aku mau belajar aja” jawabku sinis. ”kamu itu ya... nis hobi banget belar, besok kan tidak ada ulangan” sahut zahwa padaku tidak kalah sinis denganku. Sebari meninggalkanku, aku teruskan belajar menghiraukan semua suara yang mengelilingiku.
Malampun cepat sekali berlalu, kini sang fajar hampir waktunya muncul dari peraduannya, aku terbangun sebelum semuanya terbangun, seperti kebiasaan sebelum adzan subuh berkumandang aku tunaikan kewajiban sholat tahajut, dan tidak lupa belajar meski hanya setengah jam, kini adza magrib berkumandang semua santri terbangun karna suara bel,yang mengema dan membuat suasana pagi makin ramai.
Matahari kini telah menampakkan diri dan memancarkan sinar yang begitu sempurna, yang dapat menerangi seluruh alam, terasa ramai sekali asrama, para santri asyik bermain laptop masing –masing membawa satu-satu kecuali aku yang asyik membawa buku, kuedarkan pandanganku pada teman-temanku, sepontan aku tertarik dengan tampilan layar laptop zahwa, kuhampiri zahwa perlahan-lahan, aku mulai meletakkan tubuh disampingnya, “ada apa nis,“ ungkap zahwa sebelum aku berkata apa-apa, “zah, itu apa namanya kok kayaknya menarik sekali” tanyaku sebari menunjuk layar zahwa, “oww... ini, facebook namanya nis, “ jawabnya, “buat apa zah,” ow... dengan facebook kita bisa berkomunikasi dengan orang luar negri dan bisa mengetahui semua berita-berita terbaru,makannya buat donk “ jelas zahwa, “zah, aku mau dibuatin donk” pintaku, zahwa hanya mengangguk dan segera membuatkan akun facebook untukku, usai sudah ia membuatkan facebook untukku, “san cepat ambil laptop, buat apa punya laptop tapi kalau tidak dipakai,” aku segera mengambil laptop yang aku taruh di almari, perlahan-lahan aku buka lapto dan mulai membuka facebook dengan adanya intruksi dari zahwa, dengan proses yang singkat akhirnya aku dapat mengoprasikan facebook dengan mudah, dengan bergilirnya waktu aku semakin canggih untuk mengprasikan internet tidak hanya facebook saja, melainkan yang lainnya.
Awalnya aku gemar sekali belajar malah menjadi hobi dari aku kecil, tapi entah ada apa kini aku malas sekali untuk belajar, hari-hari aku terus lewati dengan online karan fasilitas waifi yang telah disediakan oleh asrama, “nis, ayo belajar jangan mainan laptop terus,” nasehat zahwa ,karna mungkin ia bosan dan marah karna sikap baruku.hari ujian datangpun aku lebih santai dari pada semester kemarin.
Ujian semester telah terlewati, akhirnya hari yang dinanti dan membuat debar-debar hati telah menghampiri, hatiku terus berdetak kencang, aku terkejut dan kecewa dengan hasil ujianku kali ini, air mataku tumpah seketika, dulu aku selalu masuk tiga besar tapi kini, aku tidak masuk sepuluh besar, sungguh mengecewakan, aku trakut menunjukkan rapotku pada bunda, dan aku takut bunda kecewa denganku, tapi apa boleh buat hari ini aku harus pulang menunjukkan hasil belajarku yang sangat mengecewakan.
Matahari telah berada di tenggah bumi, panasnya yang menusuk menuju pori-pori, langkahku berat, menuju pintu rumah, “sayang, mana rapotmu” tanya bunda seketika, hatiku tersontak kaget, aku akan berkata apa?, dengan berat aku serahkan rapotku perlahan-lahan, terlihat dari raut muka bunda, rasa kecewa yang mendalam, air mataku menetes satu persatu, “bunda, maafkan aku” ungkapku berlinang air mata dan segera aku bersujut di telapak kakinya, bunda hanya tersenyum padaku, rasa kecewanya tidak ia tampakkan dihadapanku,’‘sudahlah tidak apa ,bangunlah anakku” jawab bunda sebari menganggkat tubuhku, tubuhku lemas tidak berdaya, rasa kecewa dan menyesal terus menyelimuti, liburanku kali ini penuh dengan luka tidak seperti semester kemaren, aku telah mengecewakan semuanya hanya dengan hobi baruku bermain internet, sungguh dosa sekali tubuh ini.
Udara pagi terasa sunyi, tidak ada sinar yang menghiasi karna tertutup oleh mendung, yang menggelapkan bumi, biasanya aku pulang sendiri, entah kenapa bunda mengantarkanku, sampai asrama ditemani dengan ayah, yang hari ini tidak bekerja di kantornya, sebelum aku melangkah pergi kucium kening dan tangan ayah dan bunda, aku dapat merasakan ketulusan dan kerja keras mereka, sungguh betapa mulianya mereka. Aku segera melangkah ke gerbang, langkahku terhenti karna ucapan bunda, “nis, jadilah anak yang bisa membahagiakan bunda, ayah dan yang lainnya” karna ucapan bunda itu aku segera berbalik badan, mencium dan memeluk erat tubuh bunda dan ayah, air mataku terus saja berlinangan, terjatuh tanpa disengaja.
Waktu cepat sekali berlalu, setelah kejadian yang begitu menyisakan luka itu, aku tinggalkan dunia mayaku, dan kembali ke dunia ku sebelumnya, dan menjadi aku yang sesungguhnya, ujian akhirku kali ini aku lewati dengan senagn hati tidak seperti semester kemaren, yang tidak akan aku ulang dalam skenario hidupku.
Mentari pagi bersinar dengan terangnya, semua murid bergegas menuju sekolah, setiap langkahku aku hiasi dengan istigfar, jantung ini tidak hentinya berdenyut kencang, aku terkejud saad namaku terpanggil sebagai juara 1 dikelaz dan menjadi pringkat 1 paralel di sekolah, sungguh nikmat yang tidak terkira, “subahanallah...” air mataku kini menetes karna kebahagiaan, “bunda, akan aku tunjukkan pada bunda kalau aku tidak mengecewakan bunda lagi”, aku melangkah menuju asrama, disetiap perjalananku banyak teman-teman yang mengucapkan selamat padaku, aku hanya tersenyum bahagia, langkahku terhenti saad melihat tante dan om yang sedang menungguku didepan asrama, “nis, ayo pulang tante sudah mengizinkanmu”sahut tante sebari memeluk erat tubuhku, ada apa ini?, aku hanya terdiam dan mengikuti perintah tante, melangkah ke mobil yang sedang terpakir di depan asrama, meskipun jiwaku menyimpan beribu pertanyaan, tapi aku hanya terdiam.
Perjalanan jauhku terpenuhi dengan tanda tanya besar, jadi tidak terasa kalau udah sampai di depan rumah, ‘kenapa rumah ramai’, aku melangkah menuju pintu rumah, terlihat banyak orang yang berdatangan dan membacakan ayat yasin dan ayat-ayat al qur’an lainnya, aku tersontak kaget melihat sosok perempuan yang sedang berbaring diruang tamu depan dan dibalut dengan kain kafan, air mataku tumpah seketika, ternyata wanita ang sedang berbaring adalah bunda, aku segera memeluk jasad bunda, “nis, maafkan tante, tidak memberi tau sejujurnya bundamu meninggal karnay kangker paru-parunya yang tidak banyak diketahui orang” jelas tante sebari menenangkan diriku, tidak hanya tante yang menenangkanku tapi tidak ada yang bisa menenangkanku, kecuali kehadiran bunda,” bunda, sebenarnaya aku mau menunjukkan ini pada bunda, tapi kenapa bunda sudah tidak ada, kenapa bunda tega meninggalkanku, sendiri bersama ayah, bunda bangun”ungkapku memuncak berlinag air mata, sambil tubuh bunda yang tidak berdaya aku peluk erat. Sungguh berdosanya aku yang telah mengecewakan org yang paling aku cintai hingga akhir hayatku, tapi kenapa saad aku meraih kesuksesan orang yang aku cintai tidak ada. Salah apakah aku.ayah menyerahkan sekutum surat untukku dari bunda,
Sayang mungkin saad kau membaca surat ini bunda sudah tidak ada, maafkan bunda sayang, dan bunda yakin saad kau membaca surat ini pula kau telah meraih kesuksesan, selamat ya.. sayang bunda sangat menyayangimu.
Air mataku tumpah seketika, berdoa semoga bunda di beri surga oleh tuhan.sebari tangisku aku luapkan pada tubuh ayah yang terlihat tegar.
Cerpen Ibu karya aulia khoirun n
mapk man 1 surakarta
email : auliaaukhisa@yahoo.co.id
Demikianlah Artikel Cerpen Ibu - Karnamu
Sekianlah artikel Cerpen Ibu - Karnamu kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cerpen Ibu - Karnamu dengan alamat link https://cheatterbaru2.blogspot.com/2013/03/cerpen-ibu-karnamu.html